Blog ini diikut sertakan dalam rangka lomba HUT PGRI ke- 71

Senin, 07 November 2016

CATATAN SEORANG WISUDAWAN

Alhamdulillahirobil'alamin puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberi kita segala nikmat dan karunia, sehingga kita dapat hadir di acara yang sangat membanggakan ini dalam keadaan sehat wal afiat....

Kalimat pembuka yang disampaikan pada Acara Upacara Wisuda ke-52 Universitas PGRI Semarang, Dimana pada saat itu 28 April 2015, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Program Pascasarjana  Program Studi Manajemen Pendidikan. Ada beberapa point penting yang mungkin dapat kita ambil hikmahnya,



1. Sambutan Rektor UPGRIS Dr, Muhdi, S.H.,M.Hum.

              Tugas otentik seorang pendidik adalah memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga peserta didik secara serasi, selaras dan seimbang sesuai irama dan tugas perkembangannya. Kemajuan teknologi  informasi dan gaya hidup masyarakat makin memanjakan  dan raga namun memiskinkan jiwa. . Kita yakin jiwa yang kuat tidak akan terbina melalui asupan makanan yang mewah dan mahal. Jiwa yang tangguh pun tidak akan terbangun melalui fashion. Pelemahan jiwa dan mental telah begitu masif terjadi, seiring dengan menguatnya gejala konsumerisme di tengah-tengah masyarakat. Kecenderungan ini tampak dari kehidupan masyarakat kita, bahkan sekolah pun sering terjebak pada aktivitas yang berdampak parsial bagi perkembangan utuh peserta didik. 
               Penekanan pada kemampuan instrumental sebagaimana terlihat dari penerapan berbagai tes dan pengukuran hanya menegaskan orientasi hasil dan mengesampingkan proses. Program belajar dibayang-bayangi target yang ditetapkan secara nasional, namun mengabaikan kesiapan dan daya dukung lingkungan. Ujian yang mestinya menjadi ajang mendemontrasikan keberhasilan belajar disambut dengan kecemasan dan ketakutan berlebih, bahkan setelah UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan sekalipun. Beragam interaksi belajar menjauhkan peserta didik dari potensi dan kapasitas dirinya. Peserta didik hanya berlatih menghapal sesuatu, namun tidak menemukan makna( meaning) dari apa yang disebut sebagai proses belajar. Hal tersebut harus kita akhiri, karena generasi emas yang harus kita bentuk adalah generasi yang utuh, generasi yang tidak saja cerdas dan terampil tetapi juga memiliki sikap dan kepribadian yang kreatif, inovatif, tangguh/ gigih, peduli serta memiliki nasionalisme yang utuh dan bertaqwa kepada Tuhan Y.M.E.
       Mengajar sebagai proses transformasi informasi yang tidak beresonansi dengan minat, pengalaman terdahulu dan sesuatu yang menjadi perhatian murid harus diakhiri. Tugas mentransfer informasi serahkan saja kepada mesin pencari informasi, yang memiliki kemampuan menyediakan informasi yang melebihi kapasitas yang dimiliki guru. Namun kehadiran mesin pencari informasi tidak boleh membuat guru berpangku tangan. Guru harus terus mencari, dan membangun profesinya sehingga menjadi guru yang well-informed and dedicated teacher. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, guru harus mampu bertindak sebagai tempat klarifikasi informasi yang salah, bahkan mampu menghentikan tata nilai peserta didik yang menyimpang. lebih dari itu guru harus mampu menjadi teladan bagi peserta didiknya.

2. Sambutan Ketua Pengurus PGRI Propinsi Jawa Tengah H. Widadi, S.H

         Manusia mempunyai pilihan-pilihan, bekerja keras menjadi elang, terbang menjelajah bumi Allah memperkuat cengkeraman kaki-kakinya, kepakan sayap dan ketajaman matanya, menyongsong tantangan, resiko bahkan ketidakpastian. Buahnya adalah kebebasan, kemerdekaan, dan kemartabatan sebagai pengendali diri yang mandiri, menjelajah bumi wujudkan tujuan dan impian menjadi diri yang hebat, menjadi sang pemberi (giver). Atau memilih pasrah menjadi ayam, sang penumpang yang hidup dari belas kasih orang lain, bekerja pada institusi tanpa target, tanpa evaluasi, tantangan-tantangan, resiko dan ketidak beranian keluar dari zona nyaman. 
            Jadilah manusia bermental elang garuda, memiliki keberanian keluar dari zona nyaman untuk memperbaiki diri dan kehidupan bersama. Keberanian berinisiatif, bekerja tanpa ada yang menyuruh, mengambil resiko, responsif, dan tanggap membaca keadaan. Memiliki kesediaan untuk melayani, lebih berorientasi pada orang lain, mampu mendengar, memahami, peduli dan empati. Mampu menjadi navigator dengan memiliki ketrampilan membawa gerbog ke tujuan, tahu arah, dan mampu mengarahkan, memberi semangat dan menyatukan tindakan, mengambil tanggung jawab dengan mawas diri dan tidak mudah menyalahkan orang lain. 
          Bangsa ini bukanlah bangsa pecundang, yang mudah puas dengan keadaan, takut tantangan, penunggu perintah dan petunjuk, gampang marah dan lebih mengembangkan budaya saling menyalahkan daripada budaya saling menghargai.

Hidup guru.....!
Hidup PGRI.....!
Solidaritas Yes.....!










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kasih komentar ya....